Sabtu, 12 Januari 2008

BERSEMI KEMBALI DELANGGU

Ya........, siapa yang tidak kenal Delanggu. Dengan beras Rojo Lele, Pari Wulu nama Delanggu dikenal seantero Indonesia. Bahkan sekarangpun kalau kita jalan di Jakarta, Sumatera masih banyak menemukan beras2 berlabel Delanggu. Dulu memang............, tetapi sekarang sawah2 dengan irigasi teknis yang telah berjalan baik, dengan panen 3x setahun telah tumbuh gedung2 pertokoan, perkantoran, sekolahan dan lain sebagainya.


Dengan Industri Cor Besi Batur andalan Delanggu untuk tampil dan berperan sebagai perintis teknologi, Delanggu bisa menggerakan kapal2 penyeberangan dengan produknya baling2 kapal dari batur, Delanggu bisa memberikan tambahan kemaslahatan atas produknya pompa air engkol manual (Dragon), pisau Koripan, perlengkapan dapur, industri tanduk kerbau Kuwel (kipas, gelang, hiasan rumah dll), Tenun Pedan, bahkan Pabri Karung Goni Delanggu sangat terkenal. Delanggu bisa kiprah dari dunia bisnis. Itu dulu...................

Tapi setelah sekian tahun berjalan, generasi berganti, kebanggaan atas usaha sendiri mulai pudar dan menjadi pegawai adalah impian maka habislah Delanggu. Habis orang pinter pada pergi dan menjadi pegawai2 instansi ataupun perusahaan baik milik negara ataupun perorangan. Kata Embah saya mengabdi (batur ... unen2 jawane), lupa bahwa kasta Juragan adalah kasta penggerak ekonomi. Menguasai 90% uang beredar di Dunia, tapi itu semua sudah luntur oleh anggapan menjadi pegawai adalah yang paling mulia.

Pabri Karung roboh tinggal puing2, bunyi musik pande besi koripan jadi jeritan kemiskinan, industri2 lain tinggal cerita kesedihan. Bahkan terakhir sumber air yang tiada berhenti & merupakan suplay kebutuhan kota Solo yaitu Cokro Tulungpun sudah di Jeki cukong2 duit gede. Jadi kemana cukong2 Delanggu, dimana Juragan Delanggu, Bos2 yang dulu banyak memberdayakan tenaga setempat dan menghasikan banyak industri dari rumahan sampai pabrikan.

mengambil cerita P Sofian Jalil cerita Haji Rokok Gentong Gotri jagonya rokok Kudus roboh oleh doktrin pegawai yang diterpakan ke anak2nya. Tetapi sebaliknya Engkoh yang semula mengambil kulakan di pak Haji menjadi besar dan terkaya di Indonesia no. 2 barangkali Djarum Kudus karena doktrin kewirausahaan kepada anak2nya dan sekarang pemegang tampuk kendali Djarum Kudus kini.

Marilah saudara2ku kita bangkit dan berikan gambaran kepada anak kita agar jadi Bos, Juragan, Toke pada perusahaan sendiri untuk mengambil kembali Delanggu yang hilang. Kalau ini gagal prediksi saya bakal terjadi kenjomplangan pendapatan pada strata umum pendapatan rata2 penduduk Delanggu.

Silakan merantau, tapi pulangkan duitnya untuk mengembangkan Delanggu

SELAMAT BERJUANG

1 komentar:

cah gatak mengatakan...

se7...Merdeka kota delanggu!!!